Insan Dunya, Jakarta - Cerita ini ditulis berdasarkan Kisah nyata seorang wanita. Nama-nama pelaku disamarkan untuk menjaga privasi mereka.
Sebut saja bu lastri, beliau adalah seorang Ibu yang telah melahirkan anak ketiganya. Memiliki perawakan yang kurus dan tingginya sekitar 163 cm. rambutnya merah, kering tampak tak mengkilat. Beliau tinggal disebuah rumah yang tak jauh dari perkotaan.
Kesehariannya mengurus rumah dan merawat anak-anak.
Suaminya seorang buruh. Anak yang pertama laki-laki berusia 4 tahun, anak yang
kedua berusia 2 tahun laki-laki dan anak yang ketiga berusia 6 bulan perempuan.
|
LGBT (Gambar Hanyalah Ilustrasi) |
Kami bertemu di Rumah sakit, tempat dimana beliau
melahirkan anak ketiganya. Enam bulan setelah pertemuan itu, saya ditugaskan
berkunjung kerumah bu lastri. Untuk melakukan pengambilan data terkait
kesehatan ibu dan anak. Saat itu tak sulit saya menemukan rumah beliau, karena
sangat jelas petunjuk jalan yang diberikan oleh bu lastri.
Sampai dirumahnya saya bertemu seorang
lelaki, yang ketika itu menunjukan mana kamar bu lastri. bu lastri tampak
lebih bugar dari sebelumnya, walaupun masih terlalu kurus untuk tingga badan
seukurannya. Beliau ternyata masih mengingat saya. Saya pun menanyakan kabar
beliau dan keluarga, sambil menengkok bayinya yang sedang tidur pulas pagi itu.
“yaa baginilah kondisinya bu " ujar bu lastri
tak bersemangat
Sebagai wanita saya merasa keadaan bu lastri sedang
kurang baik. Raut muka terlihat tak ceria. Bukankan ibu yang bahagia akan menjadikan
anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik. Tak lama kemudian bu lastri
menceritakan mengenai suaminya.
”Suami saya (pak erik) jarang sekali berada
dirumah, ia lebih memilih besama lelaki itu. Ia sudah udah tidak waras lagi bu,
anak-anak tidak pedulikan hanya demi om endro. Saya bingung ketika anak-anak
mencari ayahnya, nafkah pun jarang ia berikan. Saya tidak bekerja, kemana lagi
harus saya mencari jika bukan dari suami saya” kata bu lastri.
Beliau menangis sejadi-jadinya saat menceritakan
suaminya, ia menumpahkan segala rasa yang ia pendam selama ini pada saya.
Langit pagi yang begitu terang kala itu menyaksikan isak tangis bu lastri,
Sungguh terasa berat beban bu lastri.
Menurut keterangan dari bu lastri, om endro adalah
orang yang telah merawat suaminya sejak kecil. Sejak orangtuanya meninggal, om
endro mengasuhnya selayaknya anaknya sendiri. Alangkah baiknya om endro
bersedia merawat si kecil yang tak berinduk. Om endro ini ternyata mempunyai
kecenderungan menyukai sesama lelaki, pak erik lah yang sejak kecil menjadi
objeknya.
Jika sejak kecil ia menjadi objek, maka diagnosa
apa yang cocok untuk om hendro. Apakah Pedopilia? Atau gay? Dilansir dari hallo
sehat, Pedopilia adalah gangguan seksual yang berupa nafsu seksual terhadap
remaja atau anak-anak di bawah usia 14 tahun. Pelaku dianggap pedofil jika
usianya minimal 16 tahun. Tak ada data yang menunjukan bahwa om endro
mengasuh pak erik di usia berapa dan sejak kapan pak erik di asuh. Namun bila ia
berani mengasuh pa erik pastilah ia sudah berusia lebih dari 16 tahun. Tapi
kenapa sampai dewasa ia asuh? om hendro ini tampak seperti laki-laki pada
umumnya, tidak pernah menggunakan pakaian wanita. Beliau berprofesi sebagai
pemilik salon. Jika Gay, maka seharusnya bukan anak kecil yang menjadi objek
kelainan seksualnya.
Bu lastri mengenal pak erik melalu sosial media.
Menurut bu lastri, suaminya saat itu tampak gagah, dan ia sangat menyukainya.
Karena merasa cocok, mereka bertemu secara langsung. Tidak terlihat sedikitpun
lelaki yang ia kenal mempunyai kecenderungan sexual yang berbeda. Selang
beberapa bulan, pak erik melamar bu lastri dan tak lama mereka melangsungkan
pernikahan.
Bu lastri mengatakan bahwa sebenarnya suaminya ini
berkeinginan untuk hidup normal seperti laki-laki pada umumnya. Maka dari itu
ia menikahi bu lastri. Ia dapati penyataan ini saat suaminya mengaku bahwa ia
memiliki gangguan seksual.
Setelah menikah
Karena keinginannya mandiri, ia memutuskan untuk
mengontrak sebuah rumah. Selama serumah dengannya, bu lastri kerap kali
mendapatkan perlakukan yang tidak manusiawi. Pernah karena kesalahan kecil yang
bu lastri lakukan, pak erik menempelkan putung rokok yang masih membara ke
tangannya. Mendengarnya saja terasa sakit, bagaimana bu lastrinya sendiri.
Karena biaya mengontrak tidak sedikit, dan
penghasilan pak erik yang tidak menentu maka dua tahun kemudian ia memutuskan
kembali ke rumah orangtua.
Keadaan keuangan yang tidak stabil, membuat pak
erik merasa ingin kembali ke om endro.
Suatu hari bu Lastri merasa ada keanehan dalam
sikap suaminya, ia jarang pulang dan sekalinya pulang ia tak pernah
menyentuhnya. Hal ini membuat beliau memutuskan untuk menyelidiki suaminya. Ia
melakukan ini demi kebaikan hubungannya dengan pak erik. setelah ia membuntuti
pak erik, Ia mendapati bahwa suaminya menuju suatu rumah, yang ternyata rumah
tersebut adalah kediaman om endro.
Beliau merasa sandaran hatinya sudah tak sepenuhnya
untuknya, ia meluapkan emosinya saat pak erik di rumah. keributan kerap kali terjadi,
bahkan ia pernah melabrak om endro untuk tidak mempengaruhi suaminya.
Om endro pun pernah datang ke kediaman bu lastri.
Maksud kedatangan beliau adalah agar bu lastri tidak mengganggu hubungannya dengan
suaminya. kedatangannya membuat gempar warga sekitar. hal ini membuat mereka
tau keadaan keluarga bu lastri sebenarnya.
Sangat rumit apa yang bu lastri alami. Kenapa bisa
sampai kehidupan bu lastri seperti ini. Adakah kesalahan yang pernah bu lastri
lakukan di masa lampau sampai ia harus merasakan pahit yang amat sakit. Wanita
saja tak mau di duakan dengan wanita lain, apalagi ini dengan laki-laki.
Masyarakat di desanya yang sudah mengetahui bahwa
suami bu lastri mempunyai kecenderungan sexual tak jarang mereka menanyainya,
bahkan menyarankan bu lastri agar menceraikan suaminya. Anak bu lastri terkadang
harus menerima bullyan dari teman-temannya, mereka mengatakan bahwa ayahnya
adalang seorang banci.
Saya tidak tau harus bagaimana, saya menghawatirkan
anak-anak saya. Rasanya ingin bunuh diri saja” ungkap bu lastri, yang merasa
tak tahan akan semua yang terjadi padanya.
Sebagai pendengar, saya hanya dapat menganjurkan
beliau untuk bersabar. Bu lastri harus yakin setelah kesulitan yang ia lewati
pasti ada kemudahan. Mintalah Pertolongan kepada sang pemberi hidup, Allah
subhanahu ta’ala. Mohon ampun atas segala kesalahan yang ibu dan suami lakukan,
barangkali ada kesalahan yang pernah dilakukan. Mohonkan petunjuk agar suami
ibu dapat kembali hijrah.
Kecenderungan sexual yang menyimpang adalah suatu
problem serius yang harus di tangani. Tak jarang pelaku menyadari hal ini. Pak
erik yang mencoba untuk menikah agar dapat menjalani kehidupan yang normal,
goyah di tengah fase hijrahnya. Ia kembali menjalani kehidupan yang
membesarkannya sedari kecil. Akankah pak erik dapat berubah kembali ? tentu
bisa, hal ini pun yang menjadi keinginan terbesar bu lastri. Ia ingin suaminya
kembali ke jalan yang benar.
Cerai
Tak pernah terbesit dalam fikiran bu lastri untuk
bercerai. Ia ingin suaminya kembali ke pangkuannya.
"jika ibu tidak percaya akan cerita saya
temuilah mereka bu.. mereka sekarang berada di gor, tempat dimana pasar malem
diadakan minggu ini" ucap bu lastri, meyakinkan saya.
Jika saya punya daya untuk berperan menyelesaikan
persoalan bu lastri pasti akan saya lakukan. Namun saya tidak punya wewenang
sedikitpun untuk bisa terlibat dalam permasalahan ini. apalagi kita ketahui
bahwa pelaku gangguan sexual mempunyai emosi yang kurang stabil. menurut saya,
salah satu keluarga bu lastri yang seharusnya menjadi mediator, agar jelas bagaimana rumah
tangga bu lastri kedepan. Sebagai suami apapun kondisinya, ia tak boleh
mengesampingkan tanggung jawab.
Sumber :
Hallosehat.com
Author : Arinawati
0 Komentar